Dollar Gratis !!!

Link2Communion.com

Get Friends

Dollar Gratis !!!

Link2Communion.com

Rabu, 27 Mei 2009

Kiat Mata Sehat Bagi Pekerja

Daya penglihatan adalah hal yang tidak ternilai harganya. Karena itu, penting bagi setiap orang menjaga kesehatan mata. Lantas, bagaimana caranya ? Para ahli memberi kiat sederhana yang dapat membantu menjaga kesehatan mata.
Menghabiskan banyak waktu bekerja di depan layar komputer membuat mata lelah dan kering. Cobalah memosisikan layar komputer anda 5-9 inci lebih rendah daripada mata anda. Itu akan membawa kelopak mata anda turun sehingga anda dapat mempertahankan jumlah kedipan mata yang mencukupi untuk menjaga agar mata tetap basah.
Jika layar komputer tidak dapat digerakkan, anda dapat mengukur jarak antara layar dan mata. Lalu, berkonsultasilah dengan dokter untuk mengetahui kacamata yang tepat untuk jarak tersebut.
Cara lainnya adalah dengan menerapkan aturan 20 / 20 / 20. Yakni lihatlah sesuatu yang berada 20 kaki (sekitar 6 meter) dari tempat anda berada selama 20 detik setiap 20 menit anda bekerja di depan komputer.
Bagi anda yang bekerja di luar ruangan, gunakanlah kacamata yang memiliki pelindung terhadap sinar ultraviolet matahari. Menurut para ahli, sinar ultraviolet dapat mempertinggi risiko penyakit katarak. Dr. Robin Vann, kepala oftalmologi komprehensif di Duke Eye Center, North Carolina, AS, menyarankan agar lensa kacamata menutupi wilayah wajah dari bagian bawah dahi hingga ke pipi bagian atas.

( Hardi 2752009 – Dikutip dari Media Indonesia, Sabtu 5 Oktober 2008 ).

Selasa, 26 Mei 2009

Aman Berkacamata

Selain untuk bergaya, kacamata hitam mempunyai fungsi penting melindungi mata ketika beraktivitas di luar ruangan seperti di pantai, kolam renang, atau sedang tur.
Pada saat liburan misalnya, para wisatawan ramai-ramai mengunjungi optik atau toko kacamata. Selain sebagai asesoris untuk menambah penampilan, juga untuk melindungi mata dari bahaya radiasi sinar matahari.
Beberapa penelitian menyebutkan radiasi sinar ultraviolet (UV) dapat menyebabkan katarak dan kemunduran fungsi mata seperti yang dialami lansia. Nah, sebelum membeli kacamata, anda patut mengenali fungsi dari kacamata dan jenis kacamata apa yang cocok untuk anda.

Untuk pemakaian sehari-hari, cobalah lensa kacamata berwarna ringan yang dapat menghalangi 70% UV B, 20% UV A, dan 60% cahaya yang masuk. Kacamata ini dikelompokkan ke kacamata tipe kosmetik.
Untuk keperluan rekreasi di luar ruangan seperti misalnya saat tur, jalan-jalan di taman, window shopping, pilihlah lensa kacamata berwarna sedang dan agak gelap. Kacamata jenis ini dapat menghalangi 95% UV B, 60% UV A, dan 60%-90% cahaya. Kacamata jenis ini dikelompokkan ke kacamata normal. Sebagian besar kacamata masuk dalam kategori ini.
Untuk keadaan yang sangat terang, ketika anda menghabiskan liburan dengan pergi ke pantai, menikmati sunset, bermain watersport (olahraga rekreasi pantai), pilihlah kacamata berwarna sangat gelap, dengan penghalang sinar UV.
Pada label kacamata ini harusnya tertulis dapat menghalangi 99% UV B, 60% UV A,dan 97% cahaya. Kacamata jenis ini dikelompokkan ke tipe kacamata dengan keperluan khusus.

( Hardi 2852009 – Dikutip dari Media Indonesia, Rabu 29 Oktober 2008 ).

Menangani Luka Bakar

Bersentuhan dengan panas memang tidak mengenakkan. Selain sakitnya menyengat, sering meninggalkan bekas luka. Namun, pekerjaan yang berhubungan dengan panas, seperti memasak dan menyeterika pakaian sering tidak bisa dihindarkan.
Bila anda termasuk sering melakukan aktivitas memasak, menyeterika, atau yang berhubungan dengan panas, dan suatu waktu tersiram atau tersentuh panas dan menimbulkan luka bakar, kiranya perlu anda lakukan sendiri beberapa tips sebagai upaya pertama. Jauhi segera sumber panas penyebab luka dari bagian tubuh anda. Kemudian, siramlah luka bakar itu dengan air dingin lebih kurang 15 menit. Perlu diperhatikan jangan mengutak-atik kulit yang melepuh. Jika anda lakukan, hal itu hanya akan membuat luka lebih parah. Lindungilah luka (tutupi) dan bubuhi dengan salep khusus luka bakar dan jangan sekali-kali membubuhi luka dengan mentega, pasta gigi, minyak, kulit mangga, dan sebagainya, seperti yang dikatakan banyak orang, karena mungkin saja hal itu justru menyebabkan infeksi.
Jika luka bakar sangat parah, segeralah periksakan ke dokter. Dengan tips tersebut, paling tidak anda sudah melakukan pertolongan pertama bagi diri anda.

( Hardi 2752009 – Dikutip dari Media Indonesia, Selasa, 7 Oktober 2008 ).

Risiko Jika Pelaksanaan Ide Cemerlang Ditunda

Anthony Robin mendefenisikan uang sebagai ide. Konkretnya dengan ide, seseorang atau perusahaan bisa mendapatkan uang. Namun sayang banyak diantara kita yang kerap mengabaikan dan menunda merealisasikan ide cemerlang kita.
Begitu kita tunda, peluang pun hilang begitu saja. Kita boleh saja mempunyai kemampuan hebat atau memiliki rencana terbaik. Namun jika pelaksanaannya 'tarsok' (entar-besok) terus, kita akan menjadi lebih parah daripada mereka yang berkemampuan biasa-biasa saja.
Sebuah penelitian menyebutkan bahwa 90% penyebab kegagalan adalah penundaan. Penundaan tersebut muncul karena kita merasa punya banyak waktu.
Anda mungkin pernah mengalami hal-hal berikut. Ketika akan memulai pekerjaan, suara-suara negatif terdengar seperti, 'sebentar lagi ya', 'nanti setelah ini saja', 'besok saja', dan sebagainya.
Salah satu cara untuk mengatasinya adalah usir saja suara negatif itu. Cara lain untuk melawan penundaan adalah kita ciptakan tenggat waktu ini ke orang lain, sehingga mereka bisa ikut mengontrol dan mengingatkan.
Semua orang sebenarnya mempunyai kemampuan lebih, yang tersimpan dalam dirinya. Dalam keadaan terdesak tenggat waktu, kemampuan tersebut dipaksa keluar. Biasanya orang yang terdesak dapat menyelesakan pekerjaannya dengan cepat.
Atasan yang baik selalu memberikan tenggat waktu untuk menstimulus keterdesakan kepada karyawannya. Namun bagaimana dengan kalangan pengusaha yang tidak mempunyai atasan ?
Ada berbagai cara untuk menciptakan tekanan, misalnya laporan keuangan, utang bank, janji terbuka (kepada umum, karyawan), dan sebagainya.

( Hardi 2652009 – Dikutip dari Media Indonesia, Selasa 7 Oktober 2008 ).

Senin, 11 Mei 2009

SENI MENGKRITIK & MENERIMA KRITIK

Maha suci Allah yang menganugerahi setiap orang, jalan hidup yang berbeda-beda, dan membekali masing-masing orang dengan potensi beraneka rupa. Sahabat, apakah yang terlintas dalam benak kita ketika mendengar :”Saya ingin mengkritik anda !”
Ketika mendengar kritik, banyak orang memiliki perasaan tidak enak, seakan-akan bakal terjadi penyerangan dan gangguan yang mengancam kehormatannya. Ia menganggapnya sebagai penghinaan yang akan menurunkan harga dirinya, mencemarkan nama baiknya, hingga bereaksi, baik pikiran, perasaan maupun tubuh dipersiapkan untuk membela diri daripada menikmati kritik itu sendiri. Itulah umumnya sikap kita terhadap kritik.
Akan tetapi, berbeda ketika ada orang menawarkan,”Anda mau kripik?” Spontan wajah kita cerah, gembira, membayangkan renyahnya kripik tersebut. Kita senang karena kripik dirasa bermanfaat buat kita. Paling tidak sebagai camilan yang mengasyikkan,atau teman makan nasi yang memuaskan, padahal kripiknya sendiri belum ada di depan kita. Jadi sekalipun baru mendengar kabar saja, raut muka kita jadi lebih baik, perasaan senang ,dan belum datang kripik itu nikmatnya sudah terbayang.
Pertanyaannya bukan apakah bedanya antara kritik dengan kripik? Namun, mengapa sikap kita berbeda terhadap dua hal tersebut? Mengapa kita suka ketika diberi kripik, namun sungkan jika menerima kritik? Mengapa kripik sering dicari, tapi kritik kita berusaha lari darinya?
Jadi sebenarya, persepsi kitalah yang harus dibenahi. Bila kata-kata kritik menjadi bagian keseharian yang bisa dinikmati, kita tidak perlu takut Agar kritik menjadi suatu hal yang bermutu, jelas perlu ilmu. Butuh seni ter-sendiri hinggga ia menjelma menjadi sesuatu yang berarti untuk diakrabi.

Teknik Menerima Kritikan.

Trik-trik agar kritik efektif sebagai sarana pembangun kemulyaan.

1. Rindu kritik dan Nasehat

Kita harus memposisikan diri menjadi orang yang rindu dikoreksi, dinasehati, seperti rindunya kita bercermin agar selalu rapih.Kita harus belajar senang mencari kritik dan koreksi dari orang lain.
Kita senang bercermin, sebab bercermin membuat kita tahu rambut bagian mana yang tidak rapih, pipi sebelah mana yang bedaknya terlalu tebal, atau mungkin mata sebelah mana yang masih dihuni mahluk kecil apapun namanya? Karena setelah bercermin, kita bisa benahi rambut yang kusut jadi lebih rapih, dan penampilan yang semrawut berubah jadi baik.
Begitulah semestinya, sikap hati kita terhadap kritik. Akan jadi lebih baik bila persepsi ini senantiasa dihujamkan dalam hati bahwa:
Kritik itu penting
Kritik kunci kesuksesan dan kemajuan
Kritik pembuka prestasi dan pengangkat derajat.
Kritik adalah jalan untuk menjadi lebih baik

2. Cari & Tanya

Pertanyaan yang kita sampaikan kepada teman adalah jangan bertanya,”bagus tidak ?”, Sukseskah saya ?”. Tapi baliklah bertanya,”Apa yang kurang yang harus saya perbaiki?”, “Apa yang mesti saya sempurnakan?” Kesalahan mana yang perlu dikoreksi ? “Apa yang kurang ya ? Belajar bertanya pada orang lain dan nikmati saran-saran yang mereka lontarkan. Miliki teman-teman yang mau jujur mengoreksi kita.
Bertanyalah kepada istri, suami, anak, atau karyawan, karena sikap ini tidak akan mengurangi kemulyaan !

3. Nikmati Kritik

Persiapkan diri untuk menerima kenyatan bahwa koreksi itu tidak selalu sesuai keinginan dengan kita. Ada kalanya isinya benar, caranya salah.Kita harus bersyukur dan bersabar. Ada masanya isinya benar caranya benar. Menyikapi ini kita sangat bersyukur karena nikmat sekali menerima koreksi seperti ini. Kadang pula terjadi isinya salah, meski caranya benar, kita harus tetap berterima kasih dan memaafkan. Dan yang tidak mustahil adalah isinya salah dan caranya pun, salah ! Maka sikap terbaik adalah memaafkan dan menghadapinya dengan kesabaran

4. Syukuri

Jangan melempar komentar apapun kecuali ucapan terima kasih terhadap orang yang memberi kritik. Tak lupa sertakan namanya dalam do’a kita, semoga Allah membalas kebaikannya yang telah meluangkan waktu untuk membantu memperbaiki diri kita.

5. Evaluasi Diri

Jujur lah pada diri sendiri tentang kritik dan koreksi yang datang. Renungi dalam hati mungkin ini adalah jawaban atas do’a kita untuk minta selalu ditunjuki jalan yang lurus.

6. Perbaiki Diri

Buatlah program perbaikan dengan sungguh-sungguh.Jadikanlah program perbaikan diri sebagai rasa syukur atas kritik yang datang

7. Balas Budi

Jangan lupa memberikan tanda terima kasih. Bisa barang berharga, makanan kesukaannya, sepucuk surat, atau minimal informasi kepada yang mengkritik bahwa kita berterima kasih atas kebaikannya.


SENI MENGKRITIK

Dasar yang penting sebelum kita mengkritik adalah kita menginginkan perubahan menuju keadaan kehidupan yang lebih baik bagi orang yang dikriti . Maka ada hal-hal yang sebaiknya diperhatikan yaitu:

1. Niat Harus Ikhlas

Niatkanlah bahwa koreksi yang disampaikan adalah tulus untuk membantunya tahu akan kesalahannya, mendukungnya agar ia termotifasi untuk memperbaiki dirinya. Jangan merasa lebih tinggi, lebih hebat, karena kesombongan kita mengakibatkan mutu kalimat/kata menjadi rendah. Menggurui atau merendahkan tentunya tidak diharapkan oleh siapapun.

2. Perhatikan situasi dan kondisi

Orang yang sedang senang dengan yang berduka tentu berbeda kepekaannya.Orang yang sehat dengan yang sakit juga berbeda daya terima dalam menghadapi kritik. Maka sebaik-baik situasi adalah keadaan yang tenang, sehat, kondisi hati kedua pihak sedang lapang, dan dilakukan saat situasi yang akrab dan bersahabat.

3. Perhatikan Cara

Yang pertama jangan emosional, jangan memperturutkan hawa nafsu dan kemarahan. Sebab dengan marah akan menjadi tidak jelas apa yang disampaikan. Dan berisiko terhadap kesalahpahaman.
Yang tidak kalah penting, kita harus membantu oang tersebut untuk menemukan solusi terbaik, langkah yang harus dilakukan untuk memperbaiki kondisinya. Gambarkan keuntungan jikalau ia memperbaiki diri. Ini agar ia termotifasi untuk melakukan perubahan, melepaskan sifat-sifat buruknya dan maju untuk meningkatkan prestasinya.
Hasilnya, orang yang dikritik tidak merasa sedang dipojokkan. Ia seakan masuk dalam ruang informasi yang jelas, tidak ragu dan bersyukur karena ia mendapat apa yang dia dibutuhkan.
Pada Prinsipnya orang ingin menjadi lebih baik.Sehingga kita harus meyakinkan bahwa koreksi ini adalah untuk kebaikan dirinya. Sehingga akhirnya orang tersebut justru merasa sangat beruntung menerima kritikan.

4. Pantangan

Pantangan dalam mengkritik adalah jangan sekali-kali mengkritik didepan orang banyak. Karena hal itu dapat diartikan sebagai upaya mempermalukan dirinya. Sehingga selama mendengar kritik kita yang bersangkutan lebih sibuk Manahan rasa malu, repot menghadapi perasaan tertekan, lebih sakit hati dan bahkan memendam dendam dardari mendengarkan koreksi itu.

5. Siap Untuk Ditolak

Kita harus siap bahwa koreksi kita belum tentu diterima. Bisa jadi karena caranya kurang bagus, atau karena dia punya persepsi yang berbeda terhadap apa yang kita anggap layak dikoreksi.

6. Jangan Merasa Berjasa.

Ujian bagi kita, ketika orang yang kita koreksi ternyata mau mengubah dirinya sesuai yang kita anjurkan dan berhasil! Andai kita merasa itu karena jasa kita, hasil kebaikan kita, maka yang demikian sebenarnya yang lebih layak menerima koreksi…. adalah diri kita sendiri! Jadi jangan sampai kesuksesan orang membuat kita lupa diri.


(From our friend : Sri Subiyanti – X12)
(Seri Manajemen Qolbu, AA Gym “Seni mengkritik & menerima kritik)
(1152009)

TIPE KARYAWAN & PEJABAT DI KANTOR KITA

Orang hidup pasti punya masalah, tidak terkecuali masalah di kantor, kalau bukan karena pekerjaannya bisa jadi dengan sesama rekan kerja atau atasan. Kali ini kita klasifikasikan karyawan dan pejabat dikantor dengan istilah hukum yang digunakan dalam agama Islam. Pendekatan ini sekedar mempermudah pemahaman kita karena makna dan istilah hukum tersebut sangat simple dan akrab bagi kita. Semoga bisa menjadi cara praktis untuk mengukur dan menilai diri sendiri.

TIPE 1. Karyawan/Pejabat “WAJIB”

Tipe ini memiliki ciri : keberadaannya sangat disukai, dibutuhkan, harus ada sehingga ketiadaannya sangat dirasakan kehilangan.

Dia disukai karena pribadinya mengesankan, ceria, dan dengan senyum tulusnya bisa membahagiakan siapapun yang bertemu dengannya.

Tutur katanya sopan, tak pernah melukai siapapun, bahkan pembicaraannya sangat bijak, menyentuh, penuntun bagi yang tersesat, perintah-nya tak dirasakan sebagai suruhan, orang merasa terhormat dan bahagia untuk memenuhi harapannya tanpa rasa tertekan.

Perilakunya sangat baik, membuat tiap orang merasa bahagia dan senang dengan kehadirannya. Dia menghargai hak-hak dan pendapat orang lain, hingga setiap orang merasa aman dan nyaman serta bermanfaat dengan keberadaannya.

Bila ia disakiti, kita akan terpesona dengan kesabarannya dan sikap pemaafnya yang tulus.

Penampilannya selalu rapih, bersih, cenderung bersahaja, sama sekali tidak menampakkan kesombongan meski memiliki ilmu, kedudukan yang tinggi atau harta yang banyak sekalipun.

Ia sangat menjaga kebersamaan, tidak serakah, egois atau sikap yang lebih mementingkan diri sendiri.

Bila bekerja, selalu dengan persiapan yang matang hingga selalu siap sedia dan dapat mengerjakan tugasnya dengan baik dan memuaskan Etos kerja yang kuat dapat membuat lingkungan sekitarnya tertulari untuk turut bekerja dengan semangat.

Tak ada istilah Over Acting atau cari muka apalagi menjilat ke atasan, menyikut ke “samping” atau menginjak dan menindas ke bawah.
Setiap orang sangat meyakini sikap kejujurannya, karena dirinya sangat menjaga diri dari apapun yang bukan menjadi haknya.

Ibadahnya sangat baik

Semangat untuk memperbaiki diri selalau menghiasi hari-harinya. Ia sangat senang dan berterima kasih kepada siapapun yang telah memberikan kritik dan koreksi sepedas apapun.

Semangatnya untuk menuntut ilmu, menambah pengetahuan dan pengalaman sangat besar. Dia menyediakan waktu khusus, anggaran, dan tenaga untuk meningkatkan dan menambah ilmu dan wawasannya.

Kondisi keluarga yang serasi harmonis dan penuh kebahagiaan menjadi contoh pribadi yang bisa diteladani, sebagai upayanya menjaga keseimbangan dalam memenuhi hak dan kewajiban baik urusan kerja, bermasyarakat maupun keluarga.

Tipe 2. Karyawan/Pejabat “SUNNAH”

Ciri dari tipe ini : kehadirannya dan keberadaannya memang menyenangkan, tapi ketiadaannya tidak membuat orang merasa kehilangan.

Sebetulnya kelompok ini hampir mirip etos kerjanya seperti yang telah diuraikan, berprestasi,kerjanya baik, pribadi menyenangkan hanya saja ketika tiada, lingkungannya tidak merasa kehilangan, kenangannya tidak begitu mendalam.
Boleh jadi hal seperti ini terjadi karena kualitas ketulusan, kesungguhan dan tekad pengabdiannya belum mendarah daging pada dirinya.
Andai kelompok kedua ini lebih berilmu dan berniat memberikan yang terbaik dengan tulus, niscaya dia akan naik peringkatnya ke golongan yang lebih utama.


Tipe 3. Karyawan/pejabat “MUBAH”

Ciri khas karyawan tipe ini : ada dan tiadanya sama saja.

Sungguh menyedihkan menjadi orang seperti ini, kehadirannya tak membawa arti apapun baik manfaat, mudharat, dan kepergiaannya pun tak terasa kehilangan.
Karyawan tipe ini tidak punya motivasi, asal-asalan saja, asal kerja, asal ada, tidak memikirkan kualitas, prestasi, kemajuan, dan hal produktif lainnya. Sehingga kehidupannyapun tidak menarik, datar-datar saja.
Bila hidup yang sekali ini tak memberi makna, tentu sangat menyedihkan. Makanya untuk menolongnya harus dicari latar belakang penyebabnya, hingga bisa dimotivasi mungkin dengan kursus, pelatihan, mudah-mudahan bisa meningkatkan semangatnya. Namun kalo tidak, hal ini dapat menjadi beban yang tidak menguntungkan dan berpeluang jadi masalah bagi lingkungan kerja dan kinerja perusahaan.

Tipe 4. Karyawan/Pejabat “Makruh”

Ciri dari kelompok ini : Keberadaannya justru menimbulkan masalah, tiadanya tidak menjadi masalah.

Bila ada dikantor orang ini cenderung mengganggu kinerja dan suasana, walaupun tidak sampai menimbulkan kerugian. Setidaknya membuat suasana tidak nyaman, dan kenyamanan serta kinerja yang baik justru terwujud bila ia tidak ada.
Misalkan dari penampilan dan kebersihan dirinya, bila berpakaian tidak sopan, bila berdekatan tercium aroma yang tidak nyaman, dan bila berbicara disamping tidak bermakna juga bau mulutnya tak segar. Bila berbicara banyak kesia-siaan, ketus, marah-marah, dan sering menyinggung perasaan orang lain.
Kalau diberi tugas dan pekerjaan selain tidak tuntas, tidak memuaskan juga mengganggu kinerja karyawan lainnya.

Tipe 5. Karyawan/Pejabat “HARAM”

Ciri khas kelompok ini : kehadirannya sangat merugikan dan ketiadaannya sangat diharapkan karena mengungtungkan.

Orang tipe ini adalah manusia termalang dan hina karena sangat dirindukan “ketiadaannya”. Kehadirannya mengganggu dan merugikan, sedang ketiadaannya sangat menguntungkan. Oleh karena itu tidak heran kalau orang sekelilingnya sangat bersyukur, berbahagia bila si pembawa sial ini tidak ada.
Tentu saja ini karena buah perilakunya sendiri, tidak ada perbuatan yang tidak kembali kepada dirinya sendiri. Akhlaknya sangat buruk, tidak jujur, tidak amanah, selain tidak menunaikan kewajibannya, mengambil yang bukan haknya menjadi kebiasaannya. Sangat tidak disiplin dalam tugas, pemalas, kerjanya tidak pernah jelas ujungnya. Bukan menyelesaikan pekerjaan malah sebaliknya menjadi pembuat masalah, tak hanya bagi dirinya, orang sekitar juga perusahaannya. Pendek kata dia adalah “Trouble Maker”.
Kita sering dengar, ada sekelompok karyawan bersyukur ketika ada sesama karyawan atau atasannya diberhentikan atau dimutasikan, kualitas kegembiraan mereka menunjukkan kualitas keburukan orang yang diberhentikan.

Nah, silahkan anda renungkan sendiri, kita ini terrmasuk kategori yang mana…..? Percayalah tanpa diawali dengan keberanian menilai diri dengan jujur tentang diri sendiri, maka tidak akan ada perubahan dan perbaikan, artinya kita sudah menipu diri sendiri. Semoga semua ini menjadi bahan renungan agar hidup yang hanya sekali ini bisa merubah diri dan bisa mempersembahkan yang terbaikdan bermanfaat bagi dunia dan akherat nanti. Jadilah manusia yang “WAJIB” ada, semoga.

(From our friend : Sri Subiyanti – X12)
(Seri Manajemen Qolbu, KH. Abdullah Gymnastiar)
(1152009)