Orang hidup pasti punya masalah, tidak terkecuali masalah di kantor, kalau bukan karena pekerjaannya bisa jadi dengan sesama rekan kerja atau atasan. Kali ini kita klasifikasikan karyawan dan pejabat dikantor dengan istilah hukum yang digunakan dalam agama Islam. Pendekatan ini sekedar mempermudah pemahaman kita karena makna dan istilah hukum tersebut sangat simple dan akrab bagi kita. Semoga bisa menjadi cara praktis untuk mengukur dan menilai diri sendiri.
TIPE 1. Karyawan/Pejabat “WAJIB”
Tipe ini memiliki ciri : keberadaannya sangat disukai, dibutuhkan, harus ada sehingga ketiadaannya sangat dirasakan kehilangan.
Dia disukai karena pribadinya mengesankan, ceria, dan dengan senyum tulusnya bisa membahagiakan siapapun yang bertemu dengannya.
Tutur katanya sopan, tak pernah melukai siapapun, bahkan pembicaraannya sangat bijak, menyentuh, penuntun bagi yang tersesat, perintah-nya tak dirasakan sebagai suruhan, orang merasa terhormat dan bahagia untuk memenuhi harapannya tanpa rasa tertekan.
Perilakunya sangat baik, membuat tiap orang merasa bahagia dan senang dengan kehadirannya. Dia menghargai hak-hak dan pendapat orang lain, hingga setiap orang merasa aman dan nyaman serta bermanfaat dengan keberadaannya.
Bila ia disakiti, kita akan terpesona dengan kesabarannya dan sikap pemaafnya yang tulus.
Penampilannya selalu rapih, bersih, cenderung bersahaja, sama sekali tidak menampakkan kesombongan meski memiliki ilmu, kedudukan yang tinggi atau harta yang banyak sekalipun.
Ia sangat menjaga kebersamaan, tidak serakah, egois atau sikap yang lebih mementingkan diri sendiri.
Bila bekerja, selalu dengan persiapan yang matang hingga selalu siap sedia dan dapat mengerjakan tugasnya dengan baik dan memuaskan Etos kerja yang kuat dapat membuat lingkungan sekitarnya tertulari untuk turut bekerja dengan semangat.
Tak ada istilah Over Acting atau cari muka apalagi menjilat ke atasan, menyikut ke “samping” atau menginjak dan menindas ke bawah.
Setiap orang sangat meyakini sikap kejujurannya, karena dirinya sangat menjaga diri dari apapun yang bukan menjadi haknya.
Ibadahnya sangat baik
Semangat untuk memperbaiki diri selalau menghiasi hari-harinya. Ia sangat senang dan berterima kasih kepada siapapun yang telah memberikan kritik dan koreksi sepedas apapun.
Semangatnya untuk menuntut ilmu, menambah pengetahuan dan pengalaman sangat besar. Dia menyediakan waktu khusus, anggaran, dan tenaga untuk meningkatkan dan menambah ilmu dan wawasannya.
Kondisi keluarga yang serasi harmonis dan penuh kebahagiaan menjadi contoh pribadi yang bisa diteladani, sebagai upayanya menjaga keseimbangan dalam memenuhi hak dan kewajiban baik urusan kerja, bermasyarakat maupun keluarga.
Tipe 2. Karyawan/Pejabat “SUNNAH”
Ciri dari tipe ini : kehadirannya dan keberadaannya memang menyenangkan, tapi ketiadaannya tidak membuat orang merasa kehilangan.
Sebetulnya kelompok ini hampir mirip etos kerjanya seperti yang telah diuraikan, berprestasi,kerjanya baik, pribadi menyenangkan hanya saja ketika tiada, lingkungannya tidak merasa kehilangan, kenangannya tidak begitu mendalam.
Boleh jadi hal seperti ini terjadi karena kualitas ketulusan, kesungguhan dan tekad pengabdiannya belum mendarah daging pada dirinya.
Andai kelompok kedua ini lebih berilmu dan berniat memberikan yang terbaik dengan tulus, niscaya dia akan naik peringkatnya ke golongan yang lebih utama.
Tipe 3. Karyawan/pejabat “MUBAH”
Ciri khas karyawan tipe ini : ada dan tiadanya sama saja.
Sungguh menyedihkan menjadi orang seperti ini, kehadirannya tak membawa arti apapun baik manfaat, mudharat, dan kepergiaannya pun tak terasa kehilangan.
Karyawan tipe ini tidak punya motivasi, asal-asalan saja, asal kerja, asal ada, tidak memikirkan kualitas, prestasi, kemajuan, dan hal produktif lainnya. Sehingga kehidupannyapun tidak menarik, datar-datar saja.
Bila hidup yang sekali ini tak memberi makna, tentu sangat menyedihkan. Makanya untuk menolongnya harus dicari latar belakang penyebabnya, hingga bisa dimotivasi mungkin dengan kursus, pelatihan, mudah-mudahan bisa meningkatkan semangatnya. Namun kalo tidak, hal ini dapat menjadi beban yang tidak menguntungkan dan berpeluang jadi masalah bagi lingkungan kerja dan kinerja perusahaan.
Tipe 4. Karyawan/Pejabat “Makruh”
Ciri dari kelompok ini : Keberadaannya justru menimbulkan masalah, tiadanya tidak menjadi masalah.
Bila ada dikantor orang ini cenderung mengganggu kinerja dan suasana, walaupun tidak sampai menimbulkan kerugian. Setidaknya membuat suasana tidak nyaman, dan kenyamanan serta kinerja yang baik justru terwujud bila ia tidak ada.
Misalkan dari penampilan dan kebersihan dirinya, bila berpakaian tidak sopan, bila berdekatan tercium aroma yang tidak nyaman, dan bila berbicara disamping tidak bermakna juga bau mulutnya tak segar. Bila berbicara banyak kesia-siaan, ketus, marah-marah, dan sering menyinggung perasaan orang lain.
Kalau diberi tugas dan pekerjaan selain tidak tuntas, tidak memuaskan juga mengganggu kinerja karyawan lainnya.
Tipe 5. Karyawan/Pejabat “HARAM”
Ciri khas kelompok ini : kehadirannya sangat merugikan dan ketiadaannya sangat diharapkan karena mengungtungkan.
Orang tipe ini adalah manusia termalang dan hina karena sangat dirindukan “ketiadaannya”. Kehadirannya mengganggu dan merugikan, sedang ketiadaannya sangat menguntungkan. Oleh karena itu tidak heran kalau orang sekelilingnya sangat bersyukur, berbahagia bila si pembawa sial ini tidak ada.
Tentu saja ini karena buah perilakunya sendiri, tidak ada perbuatan yang tidak kembali kepada dirinya sendiri. Akhlaknya sangat buruk, tidak jujur, tidak amanah, selain tidak menunaikan kewajibannya, mengambil yang bukan haknya menjadi kebiasaannya. Sangat tidak disiplin dalam tugas, pemalas, kerjanya tidak pernah jelas ujungnya. Bukan menyelesaikan pekerjaan malah sebaliknya menjadi pembuat masalah, tak hanya bagi dirinya, orang sekitar juga perusahaannya. Pendek kata dia adalah “Trouble Maker”.
Kita sering dengar, ada sekelompok karyawan bersyukur ketika ada sesama karyawan atau atasannya diberhentikan atau dimutasikan, kualitas kegembiraan mereka menunjukkan kualitas keburukan orang yang diberhentikan.
Nah, silahkan anda renungkan sendiri, kita ini terrmasuk kategori yang mana…..? Percayalah tanpa diawali dengan keberanian menilai diri dengan jujur tentang diri sendiri, maka tidak akan ada perubahan dan perbaikan, artinya kita sudah menipu diri sendiri. Semoga semua ini menjadi bahan renungan agar hidup yang hanya sekali ini bisa merubah diri dan bisa mempersembahkan yang terbaikdan bermanfaat bagi dunia dan akherat nanti. Jadilah manusia yang “WAJIB” ada, semoga.
(From our friend : Sri Subiyanti – X12)
(Seri Manajemen Qolbu, KH. Abdullah Gymnastiar)
(1152009)
Senin, 11 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar